Arah Media – Menjadi seorang penyandang disabilitas bukanlah suatu hal yang mudah, terlebih bila ditambah dengan tekanan stigma dari masyarakat. Hal ini lebih diperparah dengan tak adanya fasilitas maupun layanan yang memadai. Layanan ini termasuk dalam layanan pendidikan yang disediakan.
Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang menghadapi kesulitan dalam penyediaan fasilitas bagi kaum difabel. Jumlah kaum difabel di NTT diperkirakan mencapai 8 ribu orang, yang mana data validnya sendiri masih belum dimiliki oleh pemerintah daerah. Dengan banyaknya kaum difabel yang ada, penyediaan fasilitas masih sangatlah kurang. Banyak penyandang disabilitas yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, terpaksa harus tertahan akibat kurangnya fasilitas pendidikan.
Dilansir dari solider.id, Dina Noach, Staf Khusus Gubernur NTT Bidang Disabilitas mengatakan, untuk saat ini baru 7 kampus di Kota Kupang yang menerima mahasiswa/i disabilitas namun masih bersifat parsial dan masih banyak melakukan diskriminasi dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya ruangan yang belum menyediakan akses bagi disabilitas fisik, bahan ajar yang belum bisa diakses oleh difabel netra, dan kemampuan bahasa isyarat dosen yang masih minim untuk teman-teman tuli. Para difabel yang berkuliah masih dipaksa beradaptasi dengan sistem layaknya orang-orang normal. Kampus sebagai penyedia layanan belum memberikan pelayanan yang komprehensif terhadap para difabel.
Hal ini kemudian mendorong komunitas Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas untuk Inklusi (GARAMIN) NTT berinisiatif untuk memberikan layanan kepada para penyandang disabilitas. Khususnya bagi mereka yang ingin melanjutkan ke pendidikan tinggi.
Bekerjasama dengan Akademi Pekerjaan Sosial (APS) Kupang, GARAMIN membentuk sebuah Unit Layanan Disabilitas (ULD) di kampus APS. Unit layanan ini akan menjadi laboratorium kampus sekaligus sebagai langkah pemenuhan hak mahasiswa/i difabel di kampus tersebut. Hal tersebut didasari oleh pengalaman APS yang sudah memiliki 19 angkatan, telah berhasil mewisudakan 575 orang dan 28 di antaranya adalah penyandang disabilitas.
Sejak tahun 2006, APS Kupang berkomitmen untuk menerima mahasiswa disabilitas, baik disabilitas fisik, sensorik, netra, tuli, kesulitan berbicara, dan mendengar serta disabilitas intelektual. Dan menariknya, terbukti para alumni difabel ini menjadi agen-agen perubahan di NTT, misalnya I Made Astika Dhana, Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Kota Kupang, Elmi Sumarni Ismau, Wakil Direktur GARAMIN NTT, dan Yunita Baitanu, sekretaris GARAMIN NTT, serta Febyanti Kale, anggota Persatuan Senam Indonesia (PERSANI) NTT. Selain itu, ada juga yang menjadi guru dan mereka semua menjadi bagian dalam pergerakan advokasi untuk NTT inklusi.
Berti Soli Dima Malingara selaku koordinator ULD mengatakan, ULD APS Kupang akan mendapat support dari Organisasi difabel GARAMIN NTT dan Institute of Resources Governance and Social Change (IRGSC). Mimpi besar ULD adalah melahirkan generasi pekerja sosial yang inklusif dan menjadi pusat kajian dan pembelajaran terkait isu disabilitas di NTT.
Unit layanan ini menyediakan berbagai layanan yang sekiranya dibutuhkan bagi mahasiswa, terkhusus penyandang disabilitas. Layanan-layanan ini berupa konsultasi akademik, konseling, kelas bahasa isyarat, kursus bahasa inggris, kelas menulis braille, kelas memasak serta kelas berkebun.(Intan)
Editor : Akhsan
Comments