top of page
  • Writer's picturemedia arah

Sócrates, Jenius di Dalam dan Luar Lapangan


Sumber: David Cannon/Getty Images | Grafis : Dhanty

Arah Media -- Socrates, mungkin nama itu lebih lekat dengan seorang filsuf jenius asal Yunani. Namun, di belahan dunia lain, tepatnya di Amerika Selatan, terdapat Socrates yang lain, Socrates yang juga jenius. Dialah Sócrates Brasileiro Sampaio de Souza Vieira de Oliveira, seorang pemain sepak bola hebat asal Brazil.

Tingginya yang mencapai 192 cm dan berat 80 kg membuatnya dijuluki Magrão atau si Kurus Besar. Dagunya yang dihiasi jenggot hitam serta ikat kepala yang ikonik membuatnya sangat mudah diingat oleh para fans. Selain itu, gerakannya yang indah ketika menimang si kulit bundar membuatnya memenangkan hati para penggila bola.

Socrates adalah kapten Tim Nasional Brasil di Piala Dunia 1982. Pada edisi Piala Dunia tersebut, Socrates memang gagal membawa Brasil menjadi kampiun, bahkan masuk babak semi final pun tidak, namun Brasil pimpinan Socrates ini memikat banyak orang, mereka seperti memainkan sepak bola dengan irama capoeira. Sangat enak untuk dinikmati.

Namun, hal terunik dalam diri Socrates bukanlah kelihaian memanjakan mata penonton sepak bola, melainkan pendidikannya. Socrates, bisa dibilang sebagai pemain paling pintar dalam sejarah. Betapa tidak, pemain yang menghabiskan sebagian besar karirnya bersama Corinthians itu, mempunyai dua gelar akademis yang luar biasa.

Pertama, ia adalah seorang dokter medis berkualifikasi dan izin praktik. Sebuah pencapaian yang sangat langka bagi seorang pemain sepak bola profesional. Ia lulus dari dari Faculdade de Medicina de Ribeirão Preto, sekolah kedokteran dari Universitas São Paulo. Selain seorang dokter. Selain seorang dokter, ia juga memegang gelar PhD (setara S3) dalam bidang filsafat.

Pasca gantung sepatu pada 1989, ia sempat membuka praktik dokter di wilayah Ribeirao Preto. Namun, hal itu tidak bertahan lama. “Jika saya tetap menjadi dokter, maka saya hanya akan berada di satu area lingkungan dan hanya mengetahui satu sisi kehidupan,” ujar Sócrates seperti dikutip dari cnnindonesia.com.


Sócrates ketika membuka praktik dokter (Alfredo Rizzutti/Agência )

Selain mempunyai gelar dokter dan PhD di bidang filsafat, Sócrates juga aktif di dunia politik. Selama bermain di klub Corinthians, Sócrates ikut mendirikan gerakan Corinthians Democracy untuk menentang pemerintahan militer yang berkuasa saat itu. Sócrates dan rekan satu timnya memprotes perlakuan rezim terhadap masyarakat dan menunjukkan dukungan kepada gerakan demokratisasi yang lebih luas.

“Pada dasarnya, tujuan kami adalah untuk mendemokratisasi ekspresi. Tim kami bekerja di dunia sepak bola dan kami memutuskan untuk memberikan suara dalam segala hal,” katanya, dikutip dari Mail&Guardian.

Pada 16 April 1984, dia berbicara untuk mendukung Diretas Já (Pemilihan Umum Bebas), sebuah gerakan populer yang menyerukan pemilihan presiden langsung. Kecamannya terhadap kediktatoran militer dan perjuangannya untuk mendemokratisasi kembali Brasil memperluas warisannya di luar lapangan sepak bola.

“Socrates tampak seperti pemain dari era lain. Anda tidak bisa menempatkannya dalam kategori apa pun - di lapangan dan terlebih lagi di luarnya. Semua orang tahu tentang gelarnya dalam kedokteran dan dia memiliki minat yang besar terhadap budaya dan sosial. Dia unik dari setiap sudut pandang,” ujar Paolo Rossi, pemain Italia yang pernah menghadapi Socrates pada Piala Dunia 1982, dikutip dari BBC.

“Di lapangan, dengan bakat dan sentuhannya yang ajaib, dia adalah seorang jenius. Di luar lapangan, ia aktif secara politik, peduli dengan rakyatnya dan negaranya,” kata Presiden Brasil Ke-36, Dilma Rousseff, pada tahun 2011, setelah kematian Sócrates, dikutip dari BBC.(Akhsan)





Editor : Intan

4 views0 comments

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page