Arah Media - Beberapa orang yang sukses dan mampu menamatkan pendidikannya karena dibantu beasiswa yang mereka dapatkan. Namun, tak sedikit di antara mereka yang berkeinginan menyisihkan uangnya untuk biaya pendidikan anak yang kurang mampu. Memang bukan suatu kewajiban, melainkan soal nurani dan kepekaan kita terhadap kondisi pendidikan di Indonesia yang tak kunjung pulih.
Kendati demikian, secercah harapan itu masih ada dengan hadirnya Een Enik. Wanita yang berhasil merampungkan pendidikan sarjana di Universitas Indonesia (UI) berkat beasiswa yang ia peroleh. Kini, ia bersama suaminya, Basuki, secara mandiri memberi kesempatan pendidikan bagi mereka yang kesulitan keuangan.
Seperti rantai yang tak pernah putus, Enik berusaha membalas apa yang ia dapatkan saat melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia kepada mereka yang kini sangat membutuhkan beasiswa. Enik mengetahui persis harapan mereka untuk menikmati bangku kuliah, namun terdesak kondisi keuangan.
Beberapa tahun yang lalu, ia juga merasakan hal yang serupa. Walaupun Enik memperoleh beasiswa, bukan berarti bisa hidup enak. Ia bekerja paruh waktu (part time) untuk memenuhi biaya hidup selama di Jakarta. Segala macam pekerjaan pernah ia geluti, mulai dari mengajar privat dari rumah ke rumah, menjaga fotocopy-an dan warung telepon (wartel), hingga menjajakan kue di pasar. “Pokoknya pada saat itu cari uang, pekerjaan apa saja yang penting halal,” ujarnya.
Belum selesai kuliah, Enik memutuskan untuk menikah dengan Basuki. Beberapa bulan ia sempat cuti dari perkuliahan karena sedang hamil besar dan melahirkan anak pertamanya. Selepas itu, ia melanjutkan kuliah, namun sudah tidak bergantung beasiswa lagi, hingga akhirnya lulus dengan IPK nyaris sempurna yakni 3,88.
Enik berharap lika-liku perjalanannya yang menukik dan cukup pelik, tidak dirasakan lagi oleh anak-anak yang ingin kuliah namun terkendala keuangan. Hal itulah yang mendorong ia dan sang suami untuk membantu mewujudkan impian anak Indonesia. Beasiswa Purnama, program yang dibiayai secara mandiri oleh pasangan suami istri ini ditujukan bagi mahasiswa dan siswa SMA yang terdesak ekonomi. Semester genap ini, ia dan suami berhasil membiayai 18 anak asuh yang terdiri dari 13 mahasiswa dan 5 anak yang sedang menempuh bangku sekolah.
Meski begitu, banyak rintangan pula yang dihadapi Enik dan suami dalam menjaga keberlangsungan program Beasiswa Purnama ini. “Pada saat itu, kami mengalami ujian keuangan karena anak kami sakit dan harus melakukan pengobatan intensif, sampai harus jual rumah dan pinjam bank. Parahnya, pemberian beasiswa sempat tersendat dan vakum untuk beberapa saat,” keluhnya.
Peliknya, salah satu anak asuh Enik ada yang tidak menggunakan dana beasiswa untuk keperluan sekolah. Ia justru memanfaatkan biaya beasiswa ini untuk bersenang-senang memenuhi gaya hidup. Selain itu, ada juga yang meminta dikirimkan duit melalui rekening saudaranya, namun dana beasiswa justru dipakai oleh pemilik rekening.
Tak jarang pula Enik dan sang suami mendapat cibiran dari beberapa orang disekitarnya. "Katanya saya memberi beasiswa itu hanya untuk riya, pamer, dan sombong semata-mata di depan orang-orang," keluhnya. Meskipun kenyataannya justru bertolak belakang. Ia juga menambahkan, perlahan biarkan waktu yang membuktikan semuanya jika sepasang suami istri ini benar-benar tulus. Ia pun juga bersyukur, kendati acap kali mendapat cibiran, sejauh ini lebih banyak yang mendukung program beasiswa ini.
“Ada anak yang sejak awal kami kasih beasiswa, belakangan kami baru tahu kalau ternyata selama ini yang bersangkutan bohong. Bilangnya dari keluarga miskin, padahal keluarganya mampu punya mobil dan mampu beli barang-barang branded yg harganya jutaan. Padahal kami saja yang memberi beasiswa tidak punya mobil dan hanya punya motor Supra jadul,” tambahnya.
Sementara saat wabah Covid ini, omset usahanya menurun drastis sehingga beberapa bulan belum bisa transfer beasiswa. Pada saat bersamaan, Enik dan suami sedang menanggung biaya pengobatan orang tua dan mertua yang sakit komplikasi dan kanker darah.
Memang, tak mudah seperti yang dicita-citakan Enik, namun usaha dan doa terus dikerahkan sepasang suami-istri ini demi terwujudnya cita-cita anak asuhnya. Niat keduanya baik dan tulus, mungkin memang sedang diuji dan biarkanlah semesta yang bekerja.
“Harapan saya kedepan, untuk anak-anak yang menerima beasiswa dari kami, semoga mereka bisa meneruskan kebaikan ini. Jika mereka sudah lulus dan bekerja, ganti memberi beasiswa kepada adik-adik tingkatnya yang membutuhkan,” tutupnya.(Ilma)
Editor : Intan
Comments