Arah Media - Walt Disney pernah mengatakan, “Rasa ingin tahu terus membawa kita ke jalan yang baru.” Yap ternyata kalimat Walt Disney itu benar! Karena rasa penasaran Richard Feynman akan suatu hal, kala berusia sebelas tahun ia sempat dijuluki tetangganya sebagai bocah yang mampu memperbaiki radio hanya dengan berpikir.
Bagi Feynman, mengotak-atik sesuatu, mencopot komponen, memasangnya kembali, merupakan kegiatan yang menyenangkan. Tak hanya mampu memperbaiki radio, ia juga pernah membuat alarm anti maling untuk menjahili orang tuanya. Dua hal tadi merupakan bukti ‘keusilan’ pria kelahiran Kota New York ini dalam bermain dengan pengetahuan.
Melansir situs resmi Nobel Prize, Feynman yang lahir pada 11 Mei 1918, mengenyam pendidikan sarjananya di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan mendapat gelar Bachelor of Science-nya pada tahun 1939. Ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang magister (S2) di Universitas Princeton.
Tidak hanya itu, perjalanan studi Feynman juga cukup panjang yakni sebagai berikut.
Menjadi asisten penelitian di Universitas Princeton selama satu tahun,
Berhasil menjadi profesor fisika teoritik di Universitas Cornell sejak 1945 hingga 1950,
Menjadi profesor fisika teoritik di California Institute of Technology pada 1950 hingga 1959,
Sebelum wafat, ia adalah Profesor Fisika Teoritik Richard Chace Tolman di California Institute of Technology.
Profesor Feynman juga merupakan anggota dari American Physical Society, Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Sains; Akademi Sains Nasional; pada tahun 1965 ia terpilih sebagai anggota asing Royal Society, London (Inggris Raya).
Tak tanggung-tanggung, Feynman juga berhasil meraih beberapa penghargaan yakni, Albert Einstein Award (1954, di Universitas Princeton), Penghargaan Einstein (Penghargaan Albert Einstein Fakultas Kedokteran), dan Lawrence Award (1962).
Saat berusia 20-an tahun, ia mampu menyederhanakan teori elektrodinamika kuantum menjadi sebuah diagram sederhana saja. Ia menamakannya dengan diagram Feynman. Kecerdasannya itu membuatnya mendapat hadiah nobel. Dirinya bukan orang yang senang dengan penghargaan. Baginya, mampu menjelaskan sesuatu kepada orang awam itu lebih bernilai dibanding menerima hadiah Nobel.
Menurutnya, belajar bukan tentang mengumpulkan segala informasi untuk diri sendiri. Dirinya lebih suka menganggap belajar sebagai kegiatan bermain dan santai. Itu lah rahasia Profesor Feynman, ia belajar dari menyederhanakan, bersenang-senang, sambil mengajarkannya ke orang lain hingga dirinya dikenal sebagai ‘The Great Explainer’.
Dari situ kemudian ia mengenalkan sebuah teknik belajar ‘Feynman’, teknik yang mengedepankan ‘praktek’ sederhana dalam belajar. Teknik ini mengarahkan kita untuk belajar dengan mengajar. Dengan mengajarkan dan menjelaskan materi kepada orang awam menggunakan bahasa yang sederhana mampu membuat kita lebih menguasai materi yang hendak dikuasai.
Inti dari teknik Feynman ini adalah bahasa yang sederhana dan ringkas. Hal itu dikarenakan pemahaman dari orang awam atas penjelasan kita lah yang menjadi indikator keberhasilan belajar kita. Semakin orang awam paham berarti semakin sukses pula kita dalam menguasai materi. Jadi lumayan ya, tidak hanya belajar tetapi juga berbagi ilmu kepada orang lain, amalan yang tak terputus. (Dhanty)
Editor : Intan
Komentar