top of page
  • Writer's picturemedia arah

Sokola Rimba, Literasi Berkelanjutan bagi Masyarakat Adat Indonesia


Sumber : Kumparan ; Suara.com ; Kaskus | Grafis : Dhanty

Arah Media - Sokola Rimba, bagian dari Yayasan Sokola, didirikan oleh Butet Manurung dan empat rekan pendidiknya pada tahun 2003. Yayasan tersebut melalui Sokola Rimba bertujuan mengintegrasikan pendidikan ke dalam struktur komunitas, sesuai dengan adat istiadat lokal milik mereka yang cocok dengan kehidupan sehari-harinya. Sokola Rimba menggunakan metode praktis membaca, menulis, dan menghitung yang dikembangkan Butet selama ia tinggal bersama orang rimba di hutan Jambi.


Sistem pengajaran di Sokola Rimba pun sangat jauh berbeda dengan kurikulum nasional. Metodologi dan kurikulum yang dikembangkan oleh Sokola Rimba disesuaikan dengan tantangan lokal yang mungkin dihadapi masyarakat adat setempat. Seperti misalnya dalam sebuah wawancara bersama Whiteboard Journal, Butet mengatakan, karena masyarakat adat di hutan Jambi dulu memiliki masalah terbesar yakni logging maka mereka diajarkan cara untuk mengusir kegiatan logging tersebut.


Orang rimba di hutan Jambi diajarkan ilmu konservasi mengenai hak-hak ulayat (hukum adat atas teritori tanah). Materi tersebut dirasa sangat vital karena meskipun masyarakat adat tidak punya sertifikat dan surat tanah, mereka telah ada sejak sebelum negara ini berdiri. “Jadi itu diakui dengan hukumnya tersendiri, yakni hukum ulayat dan biasanya negara pun memberi ruang untuk itu,” ujar Butet.


Dilansir dari situs resmi Sokola, mempersiapkan masyarakat adat untuk menghadapi tantangan dunia modern menjadi misi dari yayasan non profit ini. Cara mempersiapkannya tentu bukan secara gamblang dan terus menerus mengenalkan teknologi serba canggih. Masyarakat adat di hutan belajar film, mulai dari bisa baca tulis, membuat naskah, mengambil footage, dan kemudian mengeditnya. Belajar film menjadi penting karena banyak wartawan yang datang ke tempat mereka tetapi sudah membawa skenario. Butet mengatakan, salah satu dari mereka pernah berkata, “Saya ingin ada film seperti yang saya inginkan, bukan seperti apa yang wartawan ingin lihat.”


Dengan belajar film dan mengambil footage, mereka diharapkan mampu mengumpulkan bukti tak bersalah atas tuduhan-tuduhan sepihak. Seperti dulu misalnya, masyarakat adat di hutan Jambi pernah dituduh oleh pihak tertentu, bahkan oleh pemerintah. Mereka dituduh sebagai pelaku perambah hutan yang membakar hutan saat kemarau.


Dalam perjalanannya membangun dan membesarkan Sokola, Butet tentu banyak menghadapi tantangan. Salah satunya 8 tahun lalu kala ia mengadakan sebuah seminar yang menawarkan pendekatan seperti model Sokola Rimba. Pihak pemerintah mengatakan, pendekatan seperti itu serba mahal dan boros waktu, pikiran, serta tenaga. Namun Butet menjawab bahwa pendekatan Sokola Rimba ini merupakan model pengajaran yang sustainable (berkelanjutan).


Masyarakat adat hanya perlu diajarkan sekali saja, mereka nantinya berjalan sendiri dengan membawa ilmu tersebut. Ilmunya yang diberikan pun sesuai dengan kebutuhan mereka sebagai masyarakat adat, karena itu memang bagian dari hak mereka. Seperti yang tertuang dalam peraturan PBB, setiap masyarakat adat harus memiliki sistem pendidikan dengan bahasanya sendiri dan mengadopsi cara belajar lokal.


Butet memperjelas, “Jadi kalau belajarnya bergelantungan di pohon, biarkan saja jangan dipaksa duduk di kursi, mereka tidak pernah melihat kursi.” Sama halnya dengan kita yang tidak pernah bergelantungan di pohon apabila dipaksa harus begitu pun sulit. Hal itu merupakan masalah adat kebiasaan, tak dapat diganggu gugat.


Bagi orang rimba, sekolah pada intinya adalah belajar hidup. Apabila pengertian belajar hidup bagi orang kota adalah sekolah, ya itu karena sekolah di kota menyita waktu. Sedangkan bagi orang rimba, sekolah dalam arti belajar hidup adalah mengikuti orang tua, seperti memancing dan berburu. Itulah arti sekolah bagi mereka, semoga terus panjang umur pendidikan bagi seluruh insan Indonesia.(Dhanty)





Editor : Intan


8 views0 comments

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page