top of page
  • Writer's picturemedia arah

Siswa Difabel Netra di MAN 2 Sleman Tidak Kesulitan Hadapi Pembelajaran Daring




Yogyakarta, Arah Media – MAN 2 Sleman, salah satu sekolah negeri umum yang menerima siswa difabel di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, melaksanakan kegiatan pembelajaran secara daring sejak Maret 2020. Kegiatan pembelajaran secara daring tersebut dapat diikuti dengan baik oleh seluruh siswa, termasuk siswa difabel netra.


“Secara umum, pembelajaran daring terlaksana dengan baik bagi seluruh siswa, termasuk difabel netra. Ini terjadi karena sebagian besar siswa difabel netra MAN 2 Sleman sudah bisa menggunakan android,” terang guru pembimbing inklusi MAN 2 Sleman, Tini, pada Senin (16/11/20).


Kuswantoro, siswa difabel netra kelas XI Jurusan Agama, menuturkan bahwa ia dapat memahami materi yang dibagikan oleh guru dan mengerjakan tugas secara cermat. “Untuk pembelajarannya dilakukan secara online, materi yang disampaikan oleh guru diberikan melalui aplikasi WhatsApp atau tatap muka menggunakan Google Meet, meskipun untuk tatap muka tidak sering, hanya tiga kali kalau tidak salah,” ujar Kus, panggilan akrabnya saat dihubungi melalui WhatsApp, Minggu (15/11/20).


Kus menjelaskan bahwa sejauh ini, ia dapat mengikuti pembelajaran daring dengan baik. Meskipun begitu, ia tetap mengalami beberapa kendala. Kendala yang paling menyulitkannya adalah keterbatasan dalam membaca tulisan cetak pada kertas. Suatu ketika, seorang guru memberi tugas untuk mengerjakan soal di Lembar Kerja Siswa (LKS), ia kesulitan dalam membaca soal-soal yang harus dikerjakan karena tulisan di LKS tidak menggunakan huruf braille. Ia harus mencari teman untuk membantunya.


Selain kesulitan mengerjakan soal di LKS, siswa asal Pemalang, Jawa Tengah itu menambahkan bahwa terdapat beberapa file soal maupun materi yang tidak dapat diakses oleh pembaca layar di gawainya. “Kemarin, waktu simulasi AKM (Asesmen Kompetensi Minimum-red), ada beberapa soal yang berbentuk gambar dan ada beberapa soal yang tidak terbaca oleh aplikasi pembaca layar,” timpal Kus.


Siswa difabel netra lain, Amanda Udayaning Tiyas, kelas XII Jurusan IPS, sepakat dengan pernyataan Kus. Menurutnya, ia dapat mengikuti pembelajaran daring dengan baik, meskipun mengalami beberapa kendala. “Kalau saya, kendalanya lebih ke sinyal, sama seperti kebanyakan siswa lainnya. Kalau keterbatasannya dalam membaca, alhamdulillah, saya kurang merasakannya. Kalau ada tugas untuk mengerjakan soal di LKS, biasanya selalu ada yang membantu membacakan, biasanya tante, bapak, atau adik,” kata gadis berusia 18 tahun itu.


Siswa yang kerap disapa Tiyas itu berpendapat jika pembelajaran luring jauh lebih menyenangkan. Menurutnya, dalam pembelajaran luring, materi yang disampaikan oleh guru lebih efektif dan efisien. Selain itu, terdapat banyak teman-teman yang siap membantunya jika kesulitan memahami materi.


“Semoga segera sekolah seperti biasa, udah bosen banget. Pengen ketemu teman-teman lagi,” harapnya. (Akhsan)


Editor : Intan

14 views0 comments

Comentarios


Post: Blog2_Post
bottom of page