top of page
  • Writer's picturemedia arah

Sex Education 2, Jangan Buta Masalah Tabu!

Updated: Nov 23, 2020


Komik : Naila

Pada musim yang lalu Sex Education sukses memikat hati penonton dengan memberikan banyak pengetahuan mengenai seksualitas di kalangan remaja. Maka tak heran, banyak yang menanti season 2 serial Netflix ini.

Bagi yang belum sempat menonton season sebelumnya, series ini menceritakan Otis Milburn (Asa Butterfield) seorang pria remaja yang susah bergaul dan di sekolah bukan anak yang populer. Kemudian, ia menjadi dikenal oleh teman-temannya ketika ia memulai klinik seks Bersama Meive (Emma Mackey).

Sumber : https://thehoneypop.com/2020/02/07/5-things-sex-education-3/

Perempuan itu melihat dan memanfaatkan pengetahuan Otis untuk membuka jasa konsultasi seks berbayar. Ia menyuruh Otis untuk memberi nasihat kepada teman-temannya yang mengalami masalah seksual. Otis dapat melakukan itu karena ia tinggal bersama ibunya yang berprofesi sebagai terapi seksual yang membuka praktik di rumahnya. Sehingga Otis sudah terbiasa mengakses segala hal tentang seks terapi seperti buku, video, dan alat peraga milik ibunya.

Baik season satu maupun dua, keduanya sama-sama memberikan pelajaran penting mengenai seksualitas. Bahkan, di season dua ini menyajikan masalah yang lebih kompleks. Bukan soal masalah seksualitas yang dihadapi seorang remaja yang sedang pubertas namun juga memberikan solusi persoalan seks bagi kaum dewasa.

Melalui serial ini, penonton seakan sedang menjalani mata kuliah tentang seksualitas. Sebab, tak jarang banyak kosakata baru yang mungkin bagi kebanyakan orang belum mengetahuinya. Penonton dipaparkan materi-materi mengenai masalah seksual melalui masalah yang dihadapi tokoh. Namun, hal itu menjadi menarik dan tidak membosankan karena pembawaanya yang ringan bahkan kelewat kocak.

Musim kedua ini diawali dengan Otis yang tidak pernah berhubungan seksual dan tak bisa masturbasi. Pasca menjadi penasihat seksual bagi teman-temannya, kini setiap hari ia masturbasi di mana dan dalam kondisi apapun yang justru membuat masalah baru. Selain itu, ada Maeve yang kebobolan saat melakukan hubungan seksual dengan temannya. Solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan masalah itu justru dengan memberi ruang dan kepercayaan kepada perempuan untuk menentukan sendiri nasib kandungannya. Maeve pun akhirnya memutuskan untuk aborsi.

Di sisi lain, ada Aimee, teman Otis, yang kerap mengalami pelecehan seksual saat di bus. Maeve, seorang Social Justice Warrior (SJW) feminis, tidak tinggal diam dan mengajak Aimee untuk melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian. Sementara Eric, sahabat Otis yang mengalami homofobia sebagai gay, yang kebingungan harus meluapkan hasrat seksual kepada siapa, justru berakhir manis setelah menemukan tambatan hatinya. Sebab, tak mudah menjadi sosok minoritas yang kerap disudutkan dan memberi tekanan lebih bagi Eric. Namun, melalui series ini ia dapat menceritakan beban yang dialaminya ini kepada orang tuanya.

Melalui Sex Education, kita dapat belajar banyak hal mengenai seksualitas yang mungkin bagi kebanyakan orang masih menjadi hal tabu untuk dibicarakan. Padahal pendidikan seks sejak dini merupakan hal yang penting khususnya bagi mereka usia remaja yang sedang menginjak fase pubertas pertamanya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa seksualitas adalah bagian integral dari kepribadian semua orang baik pria, wanita, maupun anak. Seksualitas merupakan kebutuhan dasar dan aspek penting menjadi manusia yang tidak dapat dipisahkan dari aspek kehidupan lainnya. Hal itu juga akan mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan, interaksi dan juga kesehatan fisik dan mental.

Meskipun para guru menganggap bahwa pendidikan seks merupakan hal penting di era modern ini. namun ternyata masih banyak di antara mereka yang menganggap pendidikan seks adalah hal yang tabu untuk dibicarakan. Berdasarkan jurnal Metode Pendidikan Seks Usia Dini di Indonesia, Rimawati dan Nugraheni menyimpulkan bahwa metode pendidikan seks usia dini yang dilakukan di Indonesia masih terlalu konvensional. Pembelajaran tidak lain dilakukan dalam bentuk pemberian modul, kegiatan penyuluhan dan belum secara maksimal menggunakan teknologi dan media digital.

Dalam jurnal itu, penulis juga menyatakan bahwa di era digital saat ini perlu dikembangkan media pembelajaran seks dengan cara-cara yang lebih menarik, penuh fantasi, dan interaktif. Hal itu tentunya didukung dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi. Dalam hal ini, series Sex Education mampu menjawab persoalan tersebut dengan pembawaannya yang terbilang cukup ringan dan konyol. Bahkan, baru-baru ini melalui akun Youtubenya, Netflix mengumumkan akan kembali memulai proses produksi serial Sex Education season 3. Jangan lupa saksikan untuk menunjang pengetahuan readers soal seksualitas! (Ilma)






Editor : Intan


32 views0 comments

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page