top of page
Writer's picturemedia arah

Sekolah Adat yang Siap Cetak Generasi Kreatif

Sumber : ANTARA/Budi Candra Setya | Grafis : Dhanty

Arah Media - Ada yang beda dan tak didapat anak-anak di Papring, Kelurahan Kalipuro, Banyuwangi saat belajar di Sekolah Adat Kampoeng Baca Taman Rimba (Batara). Tidak ada guru tetap, tidak ada kelas, bahkan seragam khusus dalam sistem belajar untuk anak-anak Kampoeng Batara.


Kurikulum di sekolah ini juga ditentukan secara musyawarah oleh anak-anak sendiri, seperti jelajah rimba mengenal berbagai jenis capung dan tumbuhan. "Kurikulum Kampoeng Batara lebih ke kesepakatan yang dibangun diinisiasi oleh anak-anak sendiri. Tujuannya mandiri berfikir, berkreasi, aksi dan tanggung jawab. Poin tanggung jawab mereka tidak hanya ide tapi langsung eksekusi. Sistemnya selain teori langsung praktek," kata Widi Nurmahmudi, pendiri Sekolah Adat Kampoeng Batara, dikutip dari liputan6.com.


Pendiri Sekolah Adat Kampoeng Batara, Widi Nurmahmudi. (sumber: Antara/Budi Candra Setya via tempo.co)

Widi, mengawali terbentuknya Kampoeng Batara pada tahun 2015 karena melihat banyaknya angka pernikahan dengan mempelai yang masih terbilang sangat muda usianya yang seharusnya masih usia sekolah di kampungnya. Hal ini terjadi karena berbagai faktor seperti masalah ekonomi dan rendahnya pemahaman tentang pentingnya pendidikan. Dari sekitar 350 kepala keluarga di lingkungannya, hanya ada tiga orang yang bergelar sarjana, sementara lainnya mayoritas lulusan sekolah dasar (SD).


Berawal dari keadaan itu, Widi memiliki ide sederhana yakni membuat kegiatan dengan mengajak lima anak di sekitar rumahnya untuk membuat permainan tradisional seperti egrang, seltok (tembakan bambu), dan musik tradisional dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekitar mereka. Kegiatan itu ternyata menarik minat anak-anak di lingkungan sekitar dan terus bertambah. Hingga November 2020, ada 37 anak yang mengikuti sistem belajar yang tidak didapat pada sekolah formal.


Widi rajin mengabadikan setiap kegiatan anak-anak dan mengunggahnya di media sosial yang kemudian menggugah relawan dari berbagai latar belakang seperti artis, seniman, aktivis bahkan pejabat daerah hingga pusat untuk datang dan mengajar. Para relawan mengajarkan pengetahuan sesuai bidang keahliannya seperti membaca, menulis, menggambar, menari, bahasa daerah, dan bermain teater.


Kegiatan itu membuka cakrawala dan pengetahuan anak-anak, termasuk terkait cita-cita mereka. Misalnya, Pendi, salah satu anak di Kampoeng Batara, mempunyai cita-cita menjadi seorang seniman setelah melihat penampilan maestro tari Indonesia, Didik Nini Thowok, ketika berkunjung ke Kampoeng Batara.


Seorang relawan tengah mengajar seni di Kampoeng Batara. (sumber: Antara/Budi Candra Setya via tempo.co)

Sistem belajar yang dikemas secara menyenangkan dan beragam serta diperkaya dengan kolaborasi dari para relawan dinilai bisa mendorong terbangunnya pondasi karakter anak seperti meningkatkan rasa percaya diri, memiliki jiwa kepemimpinan, serta mendorong semangat belajar.


Saat ini tidak hanya anak-anak yang memiliki semangat belajar, orang tuanya pun juga memiliki semangat yang sama yakni dengan mengikuti pendidikan kejar paket di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan setempat.

Kehadiran Sekolah Adat Kampoeng Batara juga menguatkan sektor ekonomi warga Papring, seperti ragam kerajinan bambu yang memang sudah menjadi potensi utama Kampung Papring.


Tidak hanya ragam kerajinan bambu, menurut Widi, Kampoeng Batara juga menguatkan sektor ekonomi lain. Misalnya kopi yang juga menggandeng generasi muda untuk proses panen hingga pasca panen yang tepat, pengemasan, sampai penjualan mandiri untuk meningkatkan harga jual.


"Kami juga coba menguatkan pangan lokal dengan mengajak warga mengaktifkan kembali lumbung jagungnya. Jadi lebih berdaya, tidak langsung dijual dan bisa mandiri bibit juga," katanya.


Pada tahun 2017, Kampoeng Batara diakui oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menjadi pendidikan kampung adat di Banyuwangi bersama 50 tempat pendidikan adat di Indonesia.(Akhsan)






Editor : Intan



1 view0 comments

Комментарии


Post: Blog2_Post
bottom of page