top of page
  • Writer's picturemedia arah

Sedijatmo, Penemu Cakar Ayam yang Diakui Dunia.


Sumber : tribunnewswiki.com | Grafis : Dhanty

Arah Media - Pondasi Cakar Ayam (Chicken Claw Building Foundation), mungkin istilah tersebut sudah sangat familiar dalam dunia konstruksi bangunan. Sistem fondasi ini telah diaplikasikan untuk bangunan, khususnya bangunan yang berdiri di atas tanah lembek atau berawa. Sistem pondasi cakar ayam juga telah mendapatkan pengakuan paten internasional di 40 negara. Namun, tahukah Anda siapakah orang yang menemukan Pondasi Cakar Ayam?


Penemu Pondasi Cakar Ayam adalah Prof. Dr. Ir. Sedijatmo, seorang tokoh insinyur sipil dari Indonesia. Insinyur yang juga seorang cendikiawan teknik sipil itu dilahirkan di Karanganyar, Jawa Tengah pada 24 Oktober 1909. Ia menyelesaikan pendidikan dasar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), Solo.


Pasca lulus dari HIS pada tahun 1923, ia memperoleh beasiswa dari Mangkunegaraan untuk melanjutkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Solo. Karena ia bukan lulusan Europeesche Lagere School (ELS), maka ia harus bersekolah di MULO selama empat tahun. Kemudian, ia menempuh Algemene Middelbare School B (AMS B-- jurusan matematika dan ilmu pengetahuan alam) di Yogyakarta.


Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah, Sedijatmo meneruskan pendidikannya ke Jurusan Teknik Sipil di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) dan lulus tahun 1934. Selama berkuliah di TH Bandung, Sedijatmo sering dijuluki "Si Kancil" karena terkenal karena kepandaiannya.


Nama Sedijatmo dikenal dunia setelah berhasil menemukan sistem Pondasi Cakar Ayam. Pondasi Cakar Ayam diciptakan Sedijatmo pada tahun 1961. Ketika itu, ia, sebagai salah satu pejabat PLN. harus mendirikan tujuh menara listrik tegangan tinggi di daerah rawa-rawa Ancol, Jakarta. Dengan susah payah, dua menara berhasil didirikan dengan sistem pondasi konvensional, sedangkan sisa yang lima lagi masih terbengkalai. Menara ini untuk menyalurkan listrik dan pusat tenaga listrik dari Tanjung Priok, Jakarta Utara ke Gelanggang Olahraga Senayan dimana akan diselenggarakan pesta olahraga Asian Games 1962.


Karena waktunya sangat mendesak, sedangkan sistem pondasi konvensional sangat sukar diterapkan di rawa-rawa tersebut, maka dicarilah sistem baru, Lahirlah ide Sedijatmo untuk mendirikan menara di atas pondasi yang terdiri dari plat beton yang didukung oleh pipa-pipa beton di bawahnya. Pipa dan plat itu melekat secara monolit (bersatu), dan mencengkeram tanah lembek secara meyakinkan.


Oleh Sedijatmo, hasil temuannya itu diberi nama sistem Pondasi Cakar Ayam. Menara tersebut dapat diselesaikan tepat pada waktunya, dan tetap kokoh berdiri di daerah Ancol yang sekarang sudah menjadi kawasan industri. Bagi daerah yang bertanah lembek, Pondasi Cakar Ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung, tapi juga untuk membuat jalan dan landasan.


Selain berkarir di dunia kepraktisan, Sedijatmo juga seorang akademisi. Karir di dunia akademik dimulai sejak 1 Oktober 1950 dengan pengangkatannya sebagai lektor luar biasa untuk vak Waterkracht (bidang pembangkit tenaga air) pada bagian Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang ITB). Kurang dari setahun kemudian, pada 1 Agustus 1951, ia diangkat menjadi Guru Besar Luar Biasa bidang Pembangkit Tenaga Air. Ia merupakan profesor pribumi kedua di jurusan teknik sipil ITB setelah Prof. Ir. Roosseno.


Dilansir dari Kompas.com, Sedijatmo pernah mendapatkan beberapa Satya Lencana Pembangunan dari Pemerintah, juga Anugerah Pendidikan, Pengabdian dan Ilmu Pengetahuan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, serta Piagam Penghargaan Departemen Pertanian. Ia juga menerima penghargaan Doktor Honoris Causa dari Institut Teknologi Bandung.


Sebagai penghargaan atas karyanya, Sedijatmo diangkat sebagai anggota luar biasa dari US National Research Council (Division of Engineering). Bahkan, kampus teknik terbesar di Jerman Technische Hochschule Aachen (sekarang RWTH Aachen University) juga telah memasukkan penemuan pondasi sistem Cakar Ayam ke dalam kurikulum pendidikannya.


Presiden Perancis, Charles de Gaulle, pada tahun 1969 memberikan tanda jasa kepada Sedyatmo, berdasarkan ‘Outstanding Contributions to Technological Knowledge’, setelah ia berhasil memimpin proyek Jatiluhur. Pemerintah Perancis bahkan telah mengangkatnya menjadi Chevalier de la Légion d'Honneur.(Akhsan)



Editor : Intan


1 view0 comments

Комментарии


Post: Blog2_Post
bottom of page