Arah Media - Kemendikbud.go.id menyebutkan bahwa jumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Indonesia mencapai 1,6 juta anak. Dimana sekitar 115 ribu anak berkebutuhan khusus bersekolah di SLB, sedangkan ABK yang bersekolah di sekolah reguler pelaksana Sekolah Inklusi berjumlah sekitar 299 ribu. Ini mengartikan bahwa setidaknya hanya 18% ABK yang telah memperoleh pendidikan.
Banyak faktor yang mempengaruhi ABK yang tidak bersekolah. Namun, melansir dari popmama.com, kurang tepat apabila ada stigma bahwa SLB sulit dicari. Karena menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Kemendikbud) 2016/2017, terdapat 2.070 SLB di Indonesia, yang terbagi menjadi 545 sekolah negeri dan 1.525 sekolah swasta.
Ada 121 SD negeri dan 133 SD swasta, 20 SMP negeri dan 96 SMP swasta, 13 SM (senior secondary school) negeri dan 61 SM swasta, juga 391 SLB negeri dan 1.235 SLB swasta.
Bahkan, Mengutip dari laman kemdikbud.go.id, Dirjen Dikdasmen, Hamid Muhammad menyebut setiap tahunnya Kemendikbud membangun 25 sampai 30 unit sekolah baru untuk SLB. Namun karena adanya pengurangan anggaran, maka pada tahun 2017 lalu Kemendikbud hanya membangun 11 SLB di 11 lokasi yang berbeda.
Untuk mengetahui jenis Sekolah Berkebutuhan Khusus yang masih menjadi pilihan orang tua untuk menyekolahkan ABK, terdapat 6 jenis SLB yang dikutip dari sehatq.com, yaitu :
SLB A
Sekolah ini diperuntukkan bagi anak tunanetra. Di sekolah ini Anak Tunanetra memiliki hambatan dalam indra penglihatan. Maka dibutuhkan strategi pembelajaran yang harus mampu mendorong Anak Tunanetra memahami materi yang diberikan oleh para guru. Di SLB A ini, terdapat media pembelajaran yang berupa buku braille serta tape recorder.
SLB B
Ini merupakan sekolah yang bagi anak yang memiliki kekurangan dalam indra pendengaran atau sering disebut Tunarungu. Pada sekolah ini penyandang tunarungu diajarkan untuk membaca ujaran melalui gerakan bibir yang digabung dengan cued speech yaitu gerakan tangan untuk bisa melengkapi gerakan pada bibir. Adapun, media lainnya, seperti alat pendengaran yaitu cochlear implant.
SLB C
SLB C ditujukan untuk anak-anak penyandang tunagrahita atau individu dengan intelegensi yang di bawah rata-rata serta tidak memiliki kemampuan adaptasi sehingga mereka perlu mendapat pembelajaran tentang bina diri dan sosialisasi. Karena pada dasarnya para penyandang tunagrahita cenderung menarik diri dari lingkungan dan pergaulan.
SLB D
Ini merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi mereka yang memiliki kekurangan dalam anggota tubuh mereka atau disebut tunadaksa. Pendidikan di SLB D bertujuan mengembangkan potensi diri siswa itu sendiri agar mereka bisa mandiri dan mengurus diri.
SLB E
Sekolah ini diperuntukkan bagi mereka yang bertingkat tidak selaras dengan lingkungan yang ada atau biasa disebut dengan tunalaras. Anak dengan tunalaras memiliki gangguan dalam perkembangan emosi dan sosial atau keduanya. Maka, untuk mengembangkan potensi pada anak-anak tunalaras, diperlukan pelayanan dan pendidikan khusus agar dapat mengukur emosi dan menjalankan fungsi sosialisasi mereka.
SLB G
Merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi anak penyandang tunaganda. Dimana murid di sekolah ini memiliki kombinasi dari beberapa kelainan. Penyandang tuna ganda biasanya kurang bisa berkomunikasi, atau bahkan tidak berkomunikasi sama sekali. Perkembangan motorik pada anak penyandang tuna ganda biasanya lambat. Sehingga, anak dengan kelainan tuna ganda membutuhkan media pembelajaran yang berbeda sehingga rasa mandiri pada anak dapat meningkat.(Naila)
Editor : Intan
Comentários