top of page
  • Writer's picturemedia arah

Samsul, Pionir Usaha Clothing Desain Bola di Yogyakarta


Sumber : Shopee Footcas dan Twitter resmi Samsul | Grafis : Dhanty

Arah Media - Berawal dari sebuah kalimat sederhana yang diucapkan Samsul, “Kegagalan maksimal kita adalah saat kita tidak mau belajar”. Hal ini mendorong kami untuk mengetahui lika-liku yang pernah dialami Samsul selama menjalani usaha Footcas. Terhitung sudah menginjak tahun ke-7 Samsul membawa brand lokal ini di dunia clothing.


Seperti kebanyakan pengusaha sukses yang bilang bahwa usaha tidak akan pernah absen dari yang namanya kegagalan, karena itu adalah hal yang wajar. Sama halnya dengan Samsul, usaha yang ia miliki juga tak semudah seperti membalikan telapak tangan. Banyak kendala yang tak terduga, namun harus dilaluinya.


Footcas merupakan perusahaan pionir di Indonesia yang memadukan baju dengan desain sepak bola. Namun, kini dapat ditemui banyak menjamurnya usaha serupa, terkhusus di kota Yogyakarta. Hal ini sekaligus menjadi kendala besar bagi Samsul untuk keberlangsungan usahanya.


Samsul pun tak hanya diam, ia berusaha untuk menjadi yang terdepan dengan cara terus meyakinkan diri untuk konsisten terhadap keberlangsungan Footcas ini. Menurut Samsul, dengan konsistensi yang tinggi, maka segala halang melintang yang menerjang usahanya akan ia lawan. Faktor lain yang mendorong Samsul untuk konsisten yaitu sifat kolotnya yang selalu memotivasi untuk tidak mudah menyerah.


Tidak hanya konsistensi, melainkan inovasi juga sangat penting. Dalam rangka bersaing dengan produk lain, maka dibutuhkan pembeda atau keunikan tersendiri pada produk. Dalam hal ini, Samsul melakukan inovasi pada desain produknya dengan mengikuti tren yang sudah ada, sehingga diharapkan mampu menjadikan produk nomor satu di mata pelanggannya.


Di sisi lain, dengan adanya banyak pesaing, justru membuat Samsul menjadi lebih percaya diri dan menjadi kebanggaan tersendiri akan karya yang dibuatnya. Hal ini tentunya menandakan bahwa Samsul sebagai pelopor dan kini banyak yang mengikuti jejak dirinya sebagai pengusaha Footcas.


Awal mula berdirinya Footcas ini adalah sebuah ketidaksengajaan dan tanpa tujuan. Maka dari itu, Samsul tidak tahu tujuan yang pasti mengenai Footcas ini. Hal itu sempat menyebabkan Samsul kehilangan arah dan tidak tahu penghasilannya akan dipergunakan untuk apa. Ia lebih sering menggunakan uang hasil produksinya untuk kesenangan semata.


Sampai suatu ketika ia mendapat ilham untuk mulai sungguh-sungguh menjalani usaha ini. Awalnya tidaklah mudah melawan nafsu dalam dirinya, namun kini Samsul menyadari bahwa ia harus membuat skala prioritas dengan cara menentukan tujuan serta target-target dalam rangka kemajuan Footcas ini. Selain itu, manajemen uang juga hal yang penting bagi seorang pengusaha. Semenjak kejadian tersebut, Samsul mulai memperbaiki keuangan dalam usahanya itu. Hal ini ditandai dengan dibentuknya tim yang mengurusi keuangan pada tahun 2019 lalu.


Jatuh bangun Samsul tak henti di situ saja. Hal terburuk yang pernah Samsul alami adalah defisit keuangan pada tahun 2017 lali. Pada saat itu, Footcas mengalami penurunan pembeli karena selama 2 bulan sama sekali tidak ada yang membeli produknya. Bahkan ,ketika ia sedang keluar kota tiba-tiba dikabari oleh pegawainya bahwa ada beberapa orang yang menggunakan baju Footcas yang mondar-mandir di depan tokonya. Aneh memang dan sampai sekarang masih menjadi misteri bersama.


Pria dengan nama asli Yudha Wira Angkasa ini hingga kini juga tak kunjung mengetahui penyebab defisit tersebut. Apabila dilihat dari penjualan hasil produksi tidak ada masalah. Namun, hal tersebut tidak membuat Samsul berhenti memperjuangkan usaha yang selama ini sudah ia rintis. Walaupun terkadang peristiwa itu menurunkan semangatnya, namun berkat keyakinan dan kesabaran yang ia miliki, membuatnya tetap tangguh.


Keluarga juga sempat menjadi kendala Samsul saat merintis Footcas. Berawal dari ketidaksetujuan kedua orang tua Samsul mengenai usaha yang ia buat. Seperti idealnya pemikiran orang tua bahwa pendidikan adalah suatu hal yang penting. Hal itu yang menyebabkan Samsul sempat dilarang untuk melanjutkan usahanya. Perlu diketahui bahwa Samsul sering membolos kuliah karena terlalu asyik mengurusi Footcas. Sebagaimana kita tahu di hidup ini, manusia tidak akan pernah bisa maksimal dalam beberapa bidang, sama halnya dengan Samsul yang harus merelakan kuliahnya untuk kemajuan Footcas.


Bahkan, hingga sekarang, Samsul tak kunjung menyelesaikan kuliahnya karena ada beberapa mata kuliah yang harus diulang. Menanggapi hal tersebut ia hanya tertawa dan beranggapan bahwa “Lulus itu sudah di garis tuhan, dan aku tidak mempermasalahkannya”. Maksud kalimat tersebut bukan semata-mata menyuruh kita untuk berhenti kuliah dan lebih baik membuka usaha. Namun, untuk menjadi seorang yang sukses bukan hanya sekedar gelar sarjana saja, melainkan membutuhkan konsistensi, kesungguhan, dan kesabaran dalam upaya meraih cita-cita.


Di sisi lain, Samsul juga tidak menyuruh kita untuk berhenti kuliah, ia beranggapan kuliah itu penting dan kini ia juga sedang berjuang untuk menjadi seorang sarjana sekaligus meyakinkan orang tuanya untuk terus mendukung usahanya. Samsul juga berusaha memberikan pengertian kepada orang tuanya akan usaha yang ia miliki ini. Setelah diskusi yang dilakukan dengan kedua orang tuanya, akhirnya Samsul pun mendapat dukungan. Bahkan, mereka pun tak menyangka anaknya kini benar-benar menjadi pengusaha muda.(Ilma)







Editor : Intan




84 views0 comments

댓글


Post: Blog2_Post
bottom of page