Arah Media - “Pendidikan melahirkan harapan baru,” itulah satu diantara banyak kalimat penuh makna yang pernah dilontarkan Quraish Shihab. Cendekiawan muslim Indonesia yang pernah menjadi akademisi bahkan menduduki kursi menteri di negeri ini.
Sejak kecil, pria yang akrab dengan sapaan Abi ini sudah hidup di lingkungan agama dan pendidikan yang kuat. Ayahnya, Abdurrahman Shihab merupakan seorang ulama besar di Sulawesi Selatan yang pernah menjabat sebagai rektor Universitas Muslim Indonesia ke-2 periode 1959–1965 dan rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar ke-3 periode 1973–1979.
Quraish Shihab menempuh pendidikan formalnya di Makassar dimulai dari sekolah dasar hingga menengah pertama. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Darul Hadis Al-Faqihiyah. Tak butuh waktu lama, 2 tahun “nyantri” ia sudah mahir berbahasa Arab. Karena ketekunannya ini, di usia 14 tahun ia dikirim ayahnya untuk melanjutkan studi di Timur Tengah, dengan masuk ke tingkat I'dadiyah (setingkat sekolah menengah) di Mesir.
Seolah belum puas menuntut ilmu di negeri piramida tersebut, ia melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu S1 Jurusan Tafsir dan Hadits, Universitas Al-Azhar dan berhasil menyelesaikannya di usia 23 tahun. Masih dengan rasa haus terhadap ilmu, ia melanjutkan S2 di universitas yang sama dengan jurusan yang sama pula. Dia raih gelar M.A. dengan hasil tesis berjudul Al-I’jaz at-Tasyri’i li Al-Qur’an Al-Karim (kemukjizatan Al-Qur'an Al-Karim dari Segi Hukum).
Ayah dari Najwa Shihab ini sempat kembali sejenak ke Indonesia untuk mengabdi sebelum kembali melanjutkan pendidikannya. Banyak jabatan yang diamanahkan kepada dirinya semenjak berada di Indonesia, di antaranya yaitu menjadi wakil rektor bidang akademis dan kemahasiswaan di IAIN Alauddin Makassar, menjadi koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia bagian timur. Pada tahun 1980 Quraish Shihab kembali ke Al-Azhar Kairo untuk meraih gelar doktor di bidang studi tafsir.
Kalimat “pendidikan melahirkan harapan baru,” seolah menjadi refleksi dan seakan berjalan lurus dengan kehidupan Quraish Shihab. Berkat pendidikan yang ia jalani, ia memasuki babak baru dalam kehidupannya, ia menjadi dosen di Fakultas Ushuluddin, IAIN Jakarta. Di sini ia mengajar bidang Tafsir dan Ulum Al-Quran di Program S1, S2 dan S3. Sembari menjadi dosen dia juga mengemban jabatan sebagai Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan 1997-1998).
Pada masa pemerintahan Soeharto pada tahun 1998, Quraish Shihab diangkat menjadi Menteri Agama RI. Tak hanya sampai disana, setelah itu ia mendapat amanah menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik Arab Mesir yang merangkap negara Republik Djibouti yang berkedudukan di Kairo.
Pria yang masih keturunan keluarga Arab Hadhrami golongan Alawiyyin bermarga Aal Shihāb-Uddīn ini juga memiliki banyak karya. Setidaknya, lebih dari 50 buku yang pernah ia tulis. Dia juga mendirikan Pusat Studi Al-Quran dengan harapan untuk melahirkan tafsir Al-Quran handal yang dapat mengamalkan isi Al-Quran. Mungkin demikanlah salah satu makna kalimat “Pendidikan melahirkan harapan baru.”(Zaldi)
Editor : Intan
Comments