Arah Media - Bek Tim Nasional Indonesia, Rudolof Yanto Basna, menambah daftar pemain sepak bola Indonesia yang meraih gelar Sarjana. Pada Juni lalu, ia berhasil lulus dan meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dari Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Ia mengaku bahwa gelar sarjananya didapat dengan tidak mudah karena harus melewati perjuangan keras.
Yanto bercerita, ia memperoleh kesempatan untuk berkuliah di UNY sebagai apresiasi karena telah meraih juara pada ajang Piala AFF U-19 2013. Kala itu, UNY bekerja sama dengan asosiasi sepak bola Indonesia, PSSI, dalam sebuah program khusus.
“Saat itu, ada sekitar 25 atau 26 pemain (anggota Timnas Indonesia U-19) yang mendapatkan kesempatan kuliah di UNY. Semua pada semangat kuliah, karena waktu itu Jogja jadi lokasi TC (training camp—red). Jadi, tinggalnya di area kampus dan kuliah juga gampang,” ujar Yanto, dikutip dari football5star.com.
Akan tetapi, lanjutnya, seiring berjalannya waktu, dari 20an pemain tersebut, hanya tersisa 10 orang saja yang melanjutkan studinya. Berbagai alasan melatarbelakangi pengunduran pemain-pemain tersebut, terutama soal jarak dan waktu.
Yanto menjelaskan bahwa pada awal kuliah, ia mendapatkan beasiswa yang dibiayai oleh PSSI. Namun, setelah ada pergantian pengurus di tubuh PSSI, ia harus membayar sendiri kuliahnya. Hal itu terjadi karena kebijakan pengurus PSSI Pimpinan Djohar Arifin Husin tidak diteruskan oleh pengurus PSSI Pimpinan La Nyalla Mattalitti.
Saat ini, Yanto Basna merasa lega. Ia mampu menyelesaikan studinya, setelah berjuang di bangku perkuliahan selama enam tahun. Nilai yang didapatnya juga tidak buruk, yaitu di atas 3. Nilai ini terasa maksimal apabila melihat kesibukannya sebagai pemain sepak bola, apalagi dalam tiga terakhir, ia memutuskan berkarier di Thailand.
Pemain yang kini membela PT Prachuap FC di kasta tertinggi Liga Sepak Bola Thailand itu berencana meneruskan ke jenjang magister. Terkait mana kampus yang akan dipilih, Yanto belum memutuskan. ’’Keinginan itu ada, saya akan cari-cari. Mumpung usia masih muda, masih ada semangat untuk kuliah,’’ katanya.
Yanto Basna punya cita-cita lain yang juga ingin diwujudkannya. Impiannya tersebut tak jauh dari dunia politik praktis. "Saya ingin sekali suatu saat kelak menjadi anggota dewan setelah tak lagi jadi pesepakbola. Saya ingin ikut membuat perubahan di Indonesia melalui jalur politik," ucap Yanto Basna, dilansir dari CNNIndonesia.com.
Ia mengaku terinspirasi dengan mantan bek Persipura Jayapura, Jack Komboy, yang pernah menjadi anggota DPRD Papua pada periode 2010-2015. "Kakak Jack itu jadi inspirasi bagi kami (pemain sepak bola), terutama para pemain Papua. Banyak pula teman-teman pemain di Persipura yang juga kuliah, bahkan sudah ada yang lulus," tutur mantan bek Sriwijaya FC Palembang itu.
Selama berkuliah di UNY, Yanto juga pernah dinobatkan sebagai salah satu mahasiswa berprestasi. Penobatan itu dilakukan pada Hari Pendidikan Nasional tahun 2016 lalu.
Lulusnya Yanto Basna menambah daftar pemain sepak bola Indonesia yang meraih gelar sarjana. Sebelumnya, beberapa nama pemain sepak bola Indonesia asal Papua juga sudah menyelesaikan pendidikan strata 1, seperti Gerald Pangkali, Ferinando Pahabol, dan Roni Esar Beroperay.
Ketiga pemain Persipura Jayapura itu lulus dari kampus yang sama, yakni Universitas Cendrawasih (Uncen). Gerald lulus dari Fakultas Hukum, Ferinando lulus dari Fakultas Ekonomi, dan Roni menyelesaikan studinya di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA).
Di luar para pemain asal Papua, beberapa pesepak bola dari daerah lain juga sudah menyelesaikan pendidikannya. Dinan Yahdian Javier (eks Bhayangkara FC), Yabes Roni Malaifani (Bali United), Septian David Maulana (PSIS Semarang), Martinus Novianto Ardhi (PSIM Jogja) Febly Gushendra (eks Semen Padang), Miftahul Hamdi (Persiraja Banda Aceh), Maldini Pali (Kalteng Putera), Ichsan Kurniawan (eks Borneo FC), dan Muhammad Sahrul Kurniawan (Persiba Balikpapan) adalah sederet nama pemain sepak bola yang lulus bersama Yanto Basna dari FIK UNY.
Pendidikan tinggi bagi pemain sepak bola Indonesia memang belum menjadi prioritas utama. Hal itu terlihat dari sedikitnya pesepakbola aktif Indonesia yang memegang gelar sarjana. Bahkan, jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari. Namun, generasi pesepakbola Indonesia 2000an mulai menjadikan pendidikan sebagai salah satu tujuan, karena mereka sadar bahwa pemain sepak bola bukanlah profesi yang dapat menghidupinya terus-menerus.(Akhsan)
Editor : Intan
Comments