top of page
  • Writer's picturemedia arah

Mitras DUDI adakan dialog terkait Kurikulum Vokasi yang Menyejahterakan


Komik : Cescadeva

Arah Media - Mitras DUDI kembali menyelenggarakan dialog episode 2 di akun Youtube Vokasinesia pada Selasa (15/12/2020) dengan tema “Kurikulum Vokasi yang Menyejahterakan”. Dialog ini bernama Vokatalks yang membahas perbincangan dunia pendidikan vokasi di Indonesia.


Menurut Ahmad Saufi selaku Direktur Kemitraan dan Penyelarasan DUDI, Dirjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbud, kurikulum sejatinya adalah rangkaian yang terdiri atas rencana perolehan pengalaman dan kegiatan belajar yang dilalui oleh peserta didik. Dimana posisi kurikulum merupakan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang posisinya amat penting.


Nunung Martina, Pelaksana Program Asesmen Keselarasan Kurikulum dengan IDUKA menyebut bahwa kurikulum di Indonesia sebetulnya sudah lengkap mulai dari peraturan hingga panduannya. Namun, Nunung mengeluhkan masih banyak lulusan vokasi yang kompetensinya kemudian dipertanyakan karena dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan industri.


“Kami melakukan 10 indikator uji kompetensi bersama industri. Dari satu perguruan tinggi, 30 orang yang kami uji tidak kompeten seluruhnya,”tegas Nunung.


Temuan tersebut berdampak pada industri yang merasa belum percaya dengan kompetensi yang dilakukan pemerintah. Industri menyebut kompetensi yang dilakukan lembaga pendidikan dan pemerintah kurang dalam performansi kompetensi. Hal ini mendorong sejumlah industri berusaha untuk membuat sertifikasi kompetensinya sendiri dalam bentuk surat rekomendasi atau sertifikat layak kerja. Hal itu dilakukan dengan pengadaan program magang.


Lanjut, Nunung menyampaikan bahwa masalah tersebut dapat ditemukan solusinya dengan penyelarasan kurikulum dan industri. Hal ini tentu dengan tetap mengikutsertakan industri untuk memperoleh kompetensi sebetulnya dibutuhkan.


Sedangkan, menurut Sandra Aulia, Pakar Kurikulum Vokasi, Universitas Indonesia menjelaskan bahwa magang bersertifikat sudah dilakukan sejak 2018. FHCI (Forum Human Capital Indonesia) telah mengakomodir semua jenjang pendidikan di Indonesia. Dimana peserta didik dalam program magang tersebut tak hanya belajar di Industri, tapi juga mendapat sertifikat yang dinilai bisa menjadi win-win solution yang menguntungkan lembaga pendidikan dan industri.


Namun, Sandra mengatakan bahwa sertifikasi kompetensi internasional sangat penting. Dimana sertifikasi kompetensi internasional sering menjadi pertimbangan penting untuk berkompetisi di dunia kerja.


“Mahasiswa kami yang baru terdaftar saja dalam sertifikasi Internasional bahkan sudah ditanya oleh sejumlah perusahaan. Kapan lulus?,” ucap Sandra.


Sandra juga menilai bahwa perlu adanya perhatian pada perguruan tinggi yang ada di daerah. Karena industri swasta biasanya cenderung memilih-milih pada salah satu satuan pendidikan yang sudah dianggap baik. Sehingga, perguruan tinggi daerah sering kesulitan untuk meraih tempat magang.


“Mungkin dapat diadakan kolaborasi pemerintah dan pemerintahan dan pemerintahan pusat ataupun industri dan BUMN,” pesan Sandra.(Naila)





Editor : Intan


1 view0 comments

Comentários


Post: Blog2_Post
bottom of page