Arah Media - Sistem Problem Posing atau Hadap Masalah merupakan pemikiran tokoh pendidikan ternama Brasil, Paulo Freire. Sistem ini diterapkan untuk menyadarkan masyarakat yang bisu akibat konsep teacher-oriented di Brasil.
Paulo Freire, dalam tulisannya yang berjudul “Pendidikan Kaum Tertindas” menamakan konsep teacher oriented itu dengan istilah pendidikan ‘gaya bank’. Mengutip Paulo Freire melalui Steemit, dalam konsep itu, guru dianalogikan sebagai nasabah yang menabung uang di bank dimana peserta didik merupakan pihak bank yang menerima tabungan ilmu dari sang guru.
Uang disimpan di bank dan menghasilkan bunga. Guru mengajar, murid belajar, guru menjelaskan dan murid mendengarkan, serta guru bertanya dan murid menjawab. Konsep tersebut dianggap oleh nya tidak manusiawi karena jelas menjadikan belajar bukan sebagai proses belajar sebenarnya, tapi hanya proses pengajarannya saja. Yang terjadi pada konsep tersebut hanyalah proses transfer ilmu dari guru. Murid cukup duduk, menyimak, menulis, atau menghafal materi.
Adapun dampak yang dihasilkan dari pembelajaran gaya bank terhadap murid yakni hilangnya potensi miliknya. Hal tersebut disebabkan kesempatan untuk mengembangkan potensinya, berbicara, atau mengeluarkan pendapat dibatasi oleh guru.
Untuk memudarkan potensi penindasan dan kebisuan masyarakat akibat penerapan pendidikan gaya bank di Brasil, Paulo Freire mencetuskan sistem Problem Posing tersebut. Dilansir dari Ruang Guru, ia menciptakan sistem itu tak hanya untuk memudarkan dua hal tadi tapi juga menjadikan masyarakat buta aksara di Brasil menjadi melek huruf kala keterpurukan sosial ekonomi akibat gejolak krisis politik di sana pada 1929.
Sistem pendidikan Hadap Masalah merupakan konsep pendidikan yang menjadikan manusia sebagai titik acuannya. Peserta didik dihadapkan pada realita sosial yang ada di sekitarnya. Baik peserta didik maupun pendidik, saling berdialog untuk membahas masalah yang sering terjadi.
Cara itu ternyata dapat membuat peserta didik sangat antusias dalam belajar karena lebih dekat dengan objek pembahasan. Karena itu pula peserta didik akan lebih memahami konteks yang sedang mereka pelajari.
Melalui dialog tadi, peserta didik secara bertahap mulai bisa mempelajari masalah yang muncul dari realita tersebut. Dari situlah peserta didik juga menjadi terbiasa mengeja nama atau sebutan yang ada dalam realita itu. Dari mengeja, mereka pun mulai bisa membaca hingga akhirnya, melalui seluruh proses yang sering mereka lakukan tadi, sedikit demi sedikit masyarakat Brasil saat itu bisa menulis.
Secara fundamental, sistem pendidikan Hadap Masalah ini merupakan konsep pendidikan yang menjadikan peserta didik sebagai pelaku atau subjek, bukan sasaran atau objek. Sistem ini tentu sangat kontras dengan pendidikan ‘gaya bank’ yang menjadikan murid sebagai objek pengajaran dan membuka potensi penindasan terhadap mereka.
Peserta didik sebagai objek sasaran pengajaran pun masih terjadi pada banyak sistem pendidikan di dunia, terutama Indonesia. Terlebih, hal tersebut dapat dilihat dalam pola pengajaran pendidikan tingkat dasar dimana guru menerangkan materi, murid menyimak dengan anteng di dalam kelas. (Dhanty)
Editor : Intan
Comentarios