top of page
  • Writer's picturemedia arah

MEMAKNAI ULANG SOSOK GURU SEBAGAI PAHLAWAN PENDIDIKAN

Updated: Dec 20, 2020


Sumber : Dok. Pribadi | Grafis : Zaldi

Terpujilah wahai engkau Ibu, Bapak Guru

Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku …

Engkau patriot, pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa


Arah Media - Secara semantik, arti lain pahlawan adalah pelopor. Pahlawan adalah inspirator zaman karena inovasi gagasan atau tindakannya. Pahlawan adalah orang yang berjuang agar masyarakat menjadi lebih cerdas, sejahtera, dan beradab. Dalam konteks ini layaklah guru dimaknai sebagai pahlawan.


Ibarat serdadu, guru di medan pendidikan mengemban misi memerdekakan generasi bangsa dari belenggu kebodohan dan keterbelakangan. Mereka berada di garda depan dalam menciptakan generasi-generasi muda yang cerdas, terampil, tangguh, kreatif, penuh inisiatif, bermoral tinggi, berpikir kritis, berwawasan luas, memiliki basis spiritual yang kuat, dan beretos kerja andal, sehingga kelak mampu menghadapi kerasnya tantangan peradaban. Mengemban misi tersebut jelas bukan tugas yang ringan.


Apalagi di Indonesia, profesi guru belum lagi memperoleh apresiasi yang sewajarnya. Ketidakberuntungan hampir selalu jadi teman setia yang menyertai para guru dalam mengemban tugas mulianya, terlebih mereka yang ditempatkan atau mengabdi di daerah-daerah terpencil. Bukan saja harus pontang-panting setiap harinya mengajar rangkap di beberapa kelas sekaligus, karena keterbatasan tenaga guru. Bukan saja harus memutar otak untuk menyiasati ketiadaan sarana penunjang proses belajar mengajar, seperti buku teks, alat peraga, dan sebagainya. Para guru masih harus menghadapi kenyataan pahit bahwa gaji yang mereka harapkan untuk menghidupi diri (serta keluarganya) ternyata terlambat dibayarkan, tak jarang bahkan hingga berbulan-bulan.


Untunglah kini, tampaknya keadaan mulai berubah. Beberapa Pemerintah Daerah telah mulai menyalurkan dana insentif atau tunjangan untuk guru, terutama diprioritaskan bagi mereka yang mengajar di kawasan terpencil. Pemerintah pusat pun telah mempersiapkan tunjangan profesi untuk guru yang lolos uji sertifikasi, walaupun hingga kini masih banyak kesimpangsiuran yang melingkupinya. Setidaknya ada sedikit harapan bagi peningkatan kesejahteraan guru.


Jika begitu, mungkin sudah saatnya para guru berbenah diri. Predikat ‘pahlawan’ tentunya tidak boleh dibiarkan menjadi sekedar simbol yang terdengar mulia, namun tanpa makna. Misi memerdekakan generasi bangsa dari belenggu kebodohan dan keterbelakangan harus benar-benar dapat diaktualisasikan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah.


Selain harus memiliki bekal pengetahuan yang cukup, guru juga dituntut untuk memiliki integritas kepribadian yang tinggi dan keterampilan mengajar yang dapat diandalkan, sehingga mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif, sehat, dan menyenangkan. Hanya dengan bekal ideal tersebut, guru akan tampil sebagai figur yang benar-benar mumpuni, disegani, dan digugu lan ditiru (dipercaya dan diteladani). Kalau hanya mengajarkan suatu mata pelajaran tanpa proses pendidikan lebih lanjut, sembarang orang juga bisa asalkan ada literaturnya. Untuk itu, guru dituntut memiliki nilai lebih dalam melaksanakan pembelajaran.


Proses pembelajaran yang diidamkan adalah bila mampu memacu keingintahuan dan motivasi peserta didik untuk membedah masalah-masalah seputar lingkungannya sekaligus dapat membentuk opini pribadi terhadap masalah tersebut. Di sini, mereka bukan lagi dianggap sebagai pribadi yang menerima secara pasif sajian guru atau pribadi yang tidak mengetahui apa-apa, melainkan pribadi yang telah berinteraksi dengan lingkungan dan berhak untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.


Motivasi dapat timbul bila ada pemenuhan kebutuhan secara signifikan dalam mempelajari sesuatu. Peserta didik akan termotivasi jika ia menemukan manfaat yang berarti bagi dirinya, sehingga kemudian bisa dilanjutkan dengan berlangsungnya aktualisasi diri melalui proses pembelajaran. Sebagaimana dikatakan oleh Abraham Maslow (1908-1970), dalam teorinya, yakni bahwa semakin tinggi need of achievement atau tuntutan pemenuhan kebutuhan berprestasi yang dimiliki seseorang maka akan kian serius ia menggeluti suatu hal. Jadi, guru dituntut menjadi motivator dan role model yang mampu memperlihatkan sejumlah manfaat pada setiap sajian pembelajaran.


Demi mengoptimalkan capaian proses pembelajaran, guru hendaknya mampu menempatkan dirinya sebagai sosok yang mempunyai kewibawaan dan otoritas tinggi, guru harus bisa menguasai kelas serta mengontrol peserta didiknya. Namun, guru juga seharusnya bisa menimbulkan suasana nyaman dalam berhubungan dengan peserta didik, sehingga mereka leluasa menimba ilmu dan mengembangkan potensinya.


Di era keterbukaan, guru tidak boleh lagi terjebak dalam model pendidikan sistem bank (banking education), dimana peserta didik adalah tabungan dan guru sebagai penabung. Pandangan tentang pendidikan semacam ini pada praktiknya cenderung bersifat otoriter dan menghalangi kesadaran peserta didik untuk berkembang.


Dalam penyampaian materi pelajaran, guru diharapkan lebih kreatif (dengan memperhatikan keadaan sekolah), menggunakan media yang interaktif dan atraktif, seperti alat peraga, skema/diagram, artikel, atau film pendek. Diharapkan peserta didik dapat merasa seperti dirumah, menyenangi pelajaran, merasa membutuhkan ilmu itu, serta mampu melaksanakan pesan pembelajaran.


Akan lebih baik pula jika peran aktif peserta didik dalam mengeksplorasi dan mengkonstruksi pengetahuannya, melalui diskusi maupun dialog, diutamakan. Mereka dibimbing, bukan dipaksa, mengikuti pola-pola kognitif baku juga mengembangkan konsep pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan menurut referensi ilmu.


Apa yang telah dipelajari langsung bisa diaplikasikan di masyarakat dan dibuktikan kesesuaiannya dengan kondisi riil lingkungan, demikianlah seharusnya penutup dari proses pembelajaran oleh guru yang pantas menyandang predikat pahlawan pendidikan sejati.


Pahlawan dikenang bukan hanya karena berani mati, tetapi juga karena berani mengabdikan hidup demi kesejahteraan bangsa. Cita-cita menuju keunggulan Indonesia membutuhkan banyak pahlawan pendidikan. Pahlawan-pahlawan kehidupan yang rela berkorban demi memerdekakan generasi bangsa dari belenggu kebodohan dan keterbelakangan. Jayalah Guru Indonesia!(Zaldi)





Editor : Intan



14 views0 comments

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page