Arah Media - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, menegaskan bahwa sekolah bisa kembali dibuka pada Januari 2021 mendatang. Kendati demikian, keputusan sistem pembelajaran tetap bergantung pada pemerintah daerah masing-masing. Hal itu ditandai dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama (SKB) perihal panduan penyelenggaraan pembelajaran pada semester genap tahun ajaran 2020/2021 pada (20/11/2020) lalu.
Menyikapi kelonggaran atas keputusan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, kini peran orang tua menjadi penting. Mereka perlu menimbang kembali apakah keputusan untuk membiarkan anak mengikuti pembelajaran secara tatap muka adalah langkah yang tepat atau justru sebaliknya.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun turut serta menanggapi keputusan pemerintah tersebut. IDAI mengkhawatirkan jika pembelajaran tatap muka benar terjadi, maka angka infeksi Covid-19 pada anak di Indonesia akan meningkat tajam. IDAI juga berpendapat bahwa salah satu perubahan yang berdampak signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak indonesia adalah dengan ditutupnya sekolah selama masa pandemi.
Melansir dari Hai Bunda, IDAI mencatat, satu dari sembilan kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia adalah anak usia 0 sampai dengan 18 tahun. Data tanggal 29 November 2020 menunjukkan proporsi kematian anak akibat virus ini sebesar 3,2 persen dan tertinggi di Asia Pasifik.
Di negara kawasan Asia Pasifik, kasus Covid-19 pada anak di Australia sebesar 1% (0-9 tahun) dan 3% (10-19 tahun), serta 2% (0-9 tahun) dan 8% (10-19 tahun) di Selandia Baru. Sementara proporsi angka kejadian Covid-19 pada anak di Indonesia (9,1%) lebih tinggi dibandingkan dengan Tiongkok (0,9%), Italia (1,2%), dan Amerika Serikat (5%) mengutip dari Parenting Indonesia.
Senada dengan hal itu, berdasarkan data dari Gugus Tugas Percepatan Penangan Covid-19 pada tanggal 16 Agustus 2020, case fatality rate usia 0-18 tahun akibat Covid-19 di Indonesia tinggi. Hal itu ditandai dengan 1,1% lebih tinggi dari Tiongkok (<0,1%), Italia (<0,1%), dan Amerika (<0,1%). Sedangkan angka kematian anak akibat Covid-19 di Eropa jauh dibawah Indonesia yakni mencapai (0,03%).
Di sisi lain, IDAI juga mencatat adanya lonjakan infeksi Covid-19 di beberapa negara pasca diberlakukannya sistem pembelajaran secara tatap muka. Negara-negara tersebut meliputi Korea Selatan, Prancis, Amerika, dan Israel. Oleh sebab itu, IDAI mewanti-wanti dari sejak dini agar tidak menimbulkan cluster baru khususnya di kalangan anak-anak.
Diharapkan para orang tua tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan mengenai sistem pembelajaran apa yang akan dipilih untuk diterapkan pada sang buah hati. Pasalnya, orang tualah yang paling tahu kondisi lingkungan di sekitar anak dan juga kondisi anak itu sendiri, baik fisik maupun psikisnya.(Ilma)
Editor : Intan
Comments