Arah Media - Pada hari Kamis (10/12/20) lalu diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional. HAM merupakan salah satu fokus tujuan dari dibentuknya organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations (UN). Kegiatan PBB salah satunya meliputi sidang-sidang berbagai dewan seperti Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, dan Dewan Perwalian. Anggota sidang dewan tersebut merupakan diplomat perwakilan dari masing-masing negara anggota.
Sidang tersebut ternyata tak hanya dapat dilakukan oleh diplomat asli tetapi juga oleh masyarakat umum. Namun, kegiatan itu bukanlah sidang sungguhan melainkan hanya simulasi sidang. Simulasi sidang PBB ini sering disebut dengan Model United Nations (MUN). Telah banyak universitas maupun pihak-pihak yang menyelenggarakan kegiatan MUN. Salah satunya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Setiap tahunnya UGM mengadakan konferensi simulasi sidang PBB terbesar di Indonesia yang bernama Jogjakarta International Model United Nations (JOINMUN).
Secara umum, simulasi sidang PBB menurut salah satu panitia JOINMUN 2019, Afifah Hanun, memiliki tujuan utama yakni untuk mengenalkan kepada masyarakat awam agar dapat merasakan dan mengetahui jalannya sidang PBB. “Kita bisa brainstorming bareng, teamwork untuk cari solusi untuk suatu konflik atau masalah. Mungkin masalah yang ada di tingkat global atau regional. Atau bagi suatu negara tertentu yang masalahnya sudah menjadi merupakan masalah internasional,” ungkap Afifah via Instagram, Jumat (11/12/2020).
Simulasi sidang PBB (MUN) ini menjadi sarana masyarakat awam untuk mempelajari dan mengetahui dunia diplomasi serta public speaking. Seperti Ardhia Ajeng, mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta yang pada Februari 2020 lalu sempat mengikuti salah satu simulasi sidang PBB di Kuala Lumpur Malaysia. Ajeng mengungkapkan bahwa alasan kebanyakan peserta mengikuti Asia Youth International MUN (AYIMUN) 2020 tersebut untuk belajar mengenai diplomasi yakni hubungan resmi antara satu negara dengan lainnya.
“Beberapa dari mereka juga hendak mengasah skill berbicara di depan umum melalui kegiatan ini,” tambah Ajeng yang dihubungi via WhatsApp, Jumat (11/12/2020). Peserta yang mengikuti kegiatan MUN pun sangat beragam dari segala penjuru dunia dan tak harus berlatar belakang seorang mahasiswa jurusan Ilmu Hubungan Internasional atau Ilmu Politik. “Semua bisa ikut, gak terpaku anak kuliahan aja. Bahkan kemarin itu, tahun lalu, banyak anak SMP bahkan anak SD sudah ikut JOINMUN,” ujar Afifah.
Meskipun memang terdengar profesional dan serius, Afifah yang juga merupakan mahasiswa Hubungan Internasional UGM menambahkan, MUN pada umumnya memiliki bermacam-macam council. Council atau dewan ini mengarah ke tingkat kesulitan simulasi sidang. “Ada council yang memang untuk beginner, ada council untuk orang-orang yang sudah biasa MUN. Jadi biar orang-orang yang baru coba nggak kaget waktu ikut,” ucap Afifah. Adanya berbagai council dalam simulasi sidang PBB tersebut juga untuk mengakomodir inklusivitas yang ada.
Kegiatan MUN ini tak hanya sebagai sarana mempelajari bidang diplomasi dan public speaking tetapi juga sekaligus untuk memperkenalkan budaya dari negara asal para pesertanya. Seperti AYIMUN dan JOINMUN, keduanya sama-sama diikuti oleh peserta dari berbagai negara dengan latar belakang yang berbeda-beda pula.(Dhanty)
Editor : Latief
Comentarios