Arah Media -- Pencairan dana Bidikmisi selalu menjadi polemik bagi mahasiswa penerimanya. Sebab, Bidikmisi sebagai dana bantuan pemerintah kepada mahasiswa kurang mampu di perguruan tinggi, sering kali mengalami keterlambatan. Padahal, menurut laman Bidikmisi jelas disebutkan bahwa bantuan biaya hidup Bidikmisi akan diberikan setiap semester pada bulan September untuk semester gasal dan Maret untuk semester ganjil.
Nadya Zahra, salah satu penerima Bidikmisi dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), merasakan betul dampak keterlambatan pencairan dana Bidikmisi. Menurut pengakuannya, keterlambatan dana tersebut sempat membuat Nadya memilih tak berangkat kuliah beberapa hari pada pertemuan sebelum pandemi. Hal ini diakuinya karena menyayangkan uang pulang-pergi yang harus dikeluarkan dari Bekasi-Jakarta, padahal stok uangnya semakin menipis.
Ia mengaku bahwa uang bidikmisi biasanya akan digunakan tak hanya untuk kepentingannya bersekolah tapi juga kehidupan keluarganya. “Mau dibilang ngaruh banget juga gimana, ya. Tapi, memang ngaruh,” ungkap Nadya pada wawancara telepon Jumat,(21/11/20).
Adapun peralihan sistem daring yang membutuhkan lebih banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli paket data membuatnya sempat bersedih. Apalagi sejumlah aplikasi video conference yang digunakan dalam perkuliahan dan organisasi kampus dapat mengikis isi paket data dengan cepat.
“Oke, uang ini engga terlalu dikeluarkan untuk akomodasi. Tapi, pasti butuh banyak banget dana buat mengisi kuota,”jelasnya.
Sebagai salah satu penerima Bidikmisi, ia juga turut menjelaskan bahwa sebetulnya mahasiswa penerima Bidikmisi bisa mengecek jalur perjalanan dana yang akan didapatkannya. Namun, hanya penerima Bidikmisi reguler melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN yang bisa mengakses situs tersebut. Sedangkan penerima dengan jalur pengganti seperti dirinya tidak bisa melihat status pengiriman Bidikmisinya. Sehingga, ia hanya bisa mengecek informasi dari teman-temannya.
Meski bisa mengecek keberadaan dana bantuannya, ia dan teman-temannya bingung untuk melontarkan protes ataupun meminta penjelasan bila ada delay pada lokasi tertentu di status pengirimannya. Hal ini dikarenakan tidak ada yang tahu dimana seharusnya mahasiswa perlu menyampaikan keluhannya.
“Banyak teman-temanku yang lapor ke Wakil Rektor II dan ada yang ke laman Bidikmisi. Bahkan sampai ada yang mengeluh ke pegawai BTPN (Bank Tabungan Pensiun Nasional-red), sampai-sampai pegawainya bingung,” katanya.
Lanjut, ia meminta kepada pemerintah untuk memenuhi bantuan Bidikmisi tersebut. Ia tahu bahwa pihak universitasnya pasti selalu mengupayakan agar mahasiswa segera mendapat dana bantuan Bidikmisi. Namun, ia dan teman-temannya menunggu kejelasan, terkhusus bagi penerima Bidikmisi yang sangat membutuhkan.
“Kalo buat orang-orang yang berpengaruh sama uang Bidikmisi pasti ngaruh banget. Apalagi work from home ini pengeluarannya lumayan juga. Berharapnya bisa segera disampaikan dananya. Jangan sampai mereka ga bisa kuliah karena sarana prasarananya tidak terpenuhi,” jelasnya.(Naila)
Editor : Intan
Comments