top of page
  • Writer's picturemedia arah

Balada Kuliah Daring: Sekali Mahasiswa Kudet Habis Riwayat Kalian


Komik : Cescadeva

Arah Media - Sistem pembelajaran daring merupakan pengalaman baru bagi para pengajar maupun peserta didik. Tak ayal, banyak hal menarik yang mungkin tidak diketahui oleh sebagian orang atau justru di antara mereka mengalami hal yang serupa.


Tak hanya sebuah pengalaman baru, kuliah daring juga penuh kejutan yang harus dihadapi para mahasiswa. Banyak hal-hal mendadak dan tak terduga yang ditemui para mahasiswa selama 10 bulan terakhir, terutama pada awal-awal kuliah daring berlangsung. Tak jarang, dosen seenaknya mengubah jadwal kuliah tanpa meminta persetujuan mahasiswanya. Selain itu, sistem presensi juga belum jelas, sehingga membuat kekhawatiran tersendiri di benak mahasiswa.


Hal itu, tak lain, disebabkan karena belum adanya kesiapan para tenaga didik dan juga pihak kampus. Kabar baiknya dalam menghadapi semester ganjil ini, beberapa kampus di Yogyakarta, dianggap lebih siap menghadapi PJJ. Hal ini ditandai dengan banyaknya perguruan tinggi yang meluncurkan e-learning khusus untuk peserta didik instansi terkait seperti yang dilakukan UPN “Veteran” Yogyakarta dan Universitas Negeri Yogyakarta.


Meski sudah ada langkah baik dari instansi perguruan tinggi, namun tak menutup kemungkinan adanya celah yang harus diperbaiki dari sistem e-learning tersebut. “Semenjak adanya e-learning ini jadi terpusat gitu, ga usah bolak-balik Google Classroom atau kaya kemarin pake WhatsApp ga efisien gitu. Tapi sayangnya ga ada notifikasi yang jelas dari e-learning ini, jadi suka deg-degan juga kalo ga rajin cek handphone,” jelas Malwa Hazwani, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta.


Perempuan asal Yogyakarta itu juga menambahkan bahwa dirinya sejauh ini bisa mengikuti PJJ dengan baik, sebab ia rajin mengecek e-learning dan terus memantau grup kelas sehingga tak ada masalah yang berarti. Namun, bagaimana dengan nasib mereka yang kurang update (kudet) dalam menghadapi kuliah daring ini?


Kami mencoba membuka polling melalui Instagram, tercatat dari 130 mahasiswa di Yogyakarta, terdapat 86 mahasiswa yang kudet selama menjalani perkuliahan daring ini. Alhasil, ke-kudet-annya ini cukup mengganggu proses perkuliahannya. Tak hanya ketinggalan informasi, buruknya beberapa di antara mereka tidak mengetahui adanya kelas pengganti, tidak mengumpulkan tugas, bahkan pahitnya ada yang hampir ketinggalan mengumpulkan ujian.


Annisa Laraswati misalnya, Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang sering ketinggalan info terbaru pada beberapa mata kuliah tertentu. Dia mengeluhkan, ada beberapa dosen, yang pada saat jam perkuliahan, tidak memberi informasi apapun di grup kelas. Namun, ketika hari libur, justru malah mengadakan kelas pengganti.


“Aku juga kadang suka bingung ada dosen yang pake e-learning, ada dosen yang pake WhatsApp. Apalagi, sekarang rata-rata grupnya di WA, kan, jadi bingung banyak banget grup kelas, belum lagi grup kelompok. Pusing juga lama-lama kalo suruh cek tiap hari satu-satu gini,” terangnya. Meski begitu, ia bersyukur karena ada banyak temannya yang selalu mengingatkannya sekaligus memberikan informasi terkini kepadanya. “Ga kebayang kalo ga ada mereka, mungkin aku udah ga bisa ikut ujian gara-gara ga tahu jadwal kuliah yang benar gimana,” tambahnya.


Lain cerita dengan yang dialami Fatihah Nur Ziyya, Mahasiswa tingkat akhir di UPN “Veteran” Yogyakarta yang harus mengulang beberapa mata kuliah di semester ganjil ini. Selain dirinya kudet, lingkar pertemanannya berbeda dengan teman-teman sekelasnya. Maka tak jarang, Ziyya ketinggalan beberapa tugas yang seharusnya dikerjakan minggu lalu. “Aku tanya, kan, ke beberapa adek tingkat tapi cuma di-read doang bahkan ga dijawab padahal dia online,” keluhnya.


Parahnya, ia pernah hampir telat mengumpulkan hasil ujian dan mengisi absensi saat Ujian Tengah Semester (UTS) lalu. Padahal, ia bercerita bahwa sudah menunggu setengah jam sebelum ujian dilaksanakan, namun dosen tak kunjung memberi kabar. Ia juga sudah rajin untuk memantau grup kelas dan juga spada wimaya alias e-learning mahasiswa UPN “Veteran” Yogyakarta dan tak juga mendapat soal ujian. Hingga pada pukul 2 siang, tiba-tiba dosen tersebut mengirimkan soal ujian sekaligus memerintahkan dikumpulkan pukul 3 sore, Ziyya pun merasa sangat kesal kala itu.


PJJ memang tak semudah yang dibayangkan, banyak tantangan yang harus dihadapi, bagi baik para dosen maupun mahasiswa. Mungkin beberapa dosen sibuk dan masih perlu beradaptasi dengan sistem daring ini, sehingga dengan terpaksa beberapa jadwal kuliah tertunda. Adapun mahasiswa yang kudet terlewatkan informasi penting sehingga mengganggu proses akademiknya. Namun, kedua hal itu bisa terselesaikan jika adanya kerja sama yang baik antara dosen, mahasiswa, dan khususnya instansi perguruan tinggi, yang berperan sebagai fasilitator mampu meninjau kembali persoalan ini. Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

Semoga readers tidak bosan-bosan membaca cerita yang berkaitan dengan lika-liku Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).(Ilma)




Editor : Intan


3 views0 comments

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page