top of page
  • Writer's picturemedia arah

Membayangkan Skenario Pendidikan Indonesia Gunakan AI


Sumber ; purepng.com ; miro.medium.com | Grafis : Cescadeva

Arah Media – Di balik mewabahnya virus Covid-19, kini pendidikan di Indonesia mengalami disrupsi dalam waktu yang relatif singkat. Salah satunya yakni dengan adanya digitalisasi dengan mengalihkan sementara proses pembelajaran secara daring. Namun, apakah mungkin dengan adanya pandemi ini mendorong sistem pendidikan lebih baik yang didukung dengan AI?


Apabila kita melihat setahun kebelakang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyelenggarakan konferensi internasional yang bertemakan pemanfaatan kecerdasan buatan dalam kebijakan dan praktik pendidikan untuk Asia Tenggara pada (18/9/19) lalu. Dalam hal ini Kemendikbud juga bekerjasama dengan Sekretariat Organisasi Menteri Pendidikan Asia Tenggara (SEAMEO), Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).


Dilansir dari republika.co.id, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud, Totok Suprayitno menyatakan bahwa saat ini Kemendikbud melalui kolaborasi antara SEAMEO SEAMOLEC dan SEAMEO REFCON tengah mengembangkan AI di bidang nutrisi. Sejak setahun yang lalu, Kemendikbud optimis gunakan AI untuk untuk memperbaiki kualitas dan akses pendidikan Indonesia yang lebih baik, meski hingga saat ini belum ada kepastian mengenai hal tersebut. Sebenarnya apa itu AI dan bagaimana jika AI diterapkan dalam sistem pendidikan Indonesia?


Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) merupakan salah satu bagian dari ilmu komputer yang mempelajari bagaimana membuat mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia,.bahkan bisa lebih baik daripada yang dilakukan manusia, dikutip dari Jurnal Kecerdasan Buatan (2008). Hal itu tentunya akan mempermudah para guru dalam proses pengajaran.


Melalui AI mungkin beberapa pekerjaan guru seperti mengoreksi tugas-tugas muridnya yang cukup banyak bisa terselesaikan dalam waktu yang singkat. Sistem kerjanya juga cukup mudah. Misalnya, ketika guru memberi tugas kepada siswanya. Sebelum membagikannya, guru memasukkan jawaban atau kata kunci untuk dijadikan patokan saat proses mengoreksi. Setelah itu, dengan sendirinya pengoreksian berjalan secara otomatis dan pengajar pun tinggal terima jadi sambil menikmati kopi.


AI juga memungkinkan adanya pembacaan terhadap kebiasaan setiap siswa. Misalkan melalui metode pembelajaran digital diketahui bahwa beberapa murid menghabiskan waktu lebih banyak dari murid lain dalam menyaksikan materi persamaan kuadrat. Lebih lanjut lagi, diketahui bahwa murid-murid tersebut juga terekam berkali-kali mengulang materi dari awal. Dengan demikian guru mendapat informasi, siapa yang sudah memahami materi dengan baik, siapa yang masih kurang, dan siapa yang tidak membaca materi sama sekali.


Bahkan baru-baru ini Affectiva, AI startup yang didasarkan pada pengenalan emosi. Mereka telah mengamati sejumlah besar ekspresi manusia dari berbagai ras, usia, jenis kelamin, hobi, dan lainnya. Melalui deep learning atau pembelajaran mendalam, AI dapat menganalisa apakah murid benar-benar tertawa atau sebaliknya. Hal ini tentunya akan memudahkan pengajar dalam mengamati muridnya. Jadi, hati-hati para siswa dan mahasiswa Indonesia jika AI diterapkan dalam sistem pendidikan Indonesia, maka habislah riwayat kalian. Terkhusus bagi kalian yang suka membicarakan guru atau dosen tanpa sepengetahuannya.


“Kalau tau begini canggihnya AI jadi parno sendiri, aku tipe yang suka ninggalin kelas online, kan ga lucu kalau dosen tau aku lagi mabar,” ujar Ivan, Mahasiswa Ilmu Hukum, Universitas Indonesia. Pria kelahiran Yogyakarta itu pun menyanggah bahwa kalaupun AI diterapkan di bidang pendidikan Indonesia, pasti membutuhkan waktu yang sangat lama. Senada dengan Ivan, Billy Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), yang hobi menyadur tugas temannya yang berbeda kelas, mengaku cukup resah bila hal ini terjadi. “Tunggu dululah sampai aku lulus, baru boleh pake sistem ginian,” serunya sambil tertawa.(Ilma)



Editor : Intan


5 views0 comments

コメント

コメントが読み込まれませんでした。
技術的な問題があったようです。お手数ですが、再度接続するか、ページを再読み込みしてださい。
Post: Blog2_Post
bottom of page