top of page
  • Writer's picturemedia arah

Mengenal Istilah-istilah Asing dari Buku Max Havelaar


Sumber : id.wikipedia.org | Grafis : Zaldi

Yogyakarta, Arah Media – Max Havelaar merupakan buku karya Multatuli alias Eduard Douwes Dekker yang merupakan kritik dan penolakannya terhadap ketidakadilan, perampasan, serta penjajahan oleh model pemerintahan Belanda terhadap Indonesia.


Buku ini merupakan buku pertama yang membuka mata dunia dan memperlihatkan borok dari Kolonialisme Hindia-Belanda. Tulisan Multatuli dalam buku ini berisi kritik tajam yang telah membuka sebagian besar mata publik dunia, mengenai betapa perihnya arti dari sebuah penindasan kolonialisme.


Max Havelaar ditulis dan terbit pertama kali dalam bahasa belanda dengan judul asli “Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappii” dan sudah diterjemahkan ke beberapa bahasa, salah satunya Indonesia.


Dalam buku versi bahasa Indonesia, masih banyak terdapat istilah-istilah asing di dalamnya, diantaranya yaitu :


1. Istilah “nyonya” hingga saat ini di Belanda semua wanita pekerja dan dari kelas menengah disebut “Juffrouw” = Nona, tidak peduli mereka masih lajang atau sudah menikah. “Mevrouw” = Nyonya diberikan pada mereka yang menikahi orang kaya.


2. “de omnibus aliquid, de toto nihil” : Sesuatu yang sepenuhnya bukan apa-apa.

“ multa non multum” : Ada sedikit-sedikit, tidak terlalu dalam.


3. “Horror Vacui” : Rasa ketidak inginan pada ruang kosong.


4. “Kerajaan Insulinde” : Merupakan nama untuk Hindia Belanda Timur yang diciptakan oleh Multatuli. Insulinde merupakan paduan dari kata “Insulayang berarti pulau dan “Ind(i)e”.


5. “Jus primi occupantis” : Hak pemilik untuk orang yang pertama kali.


6. “Jus Talionis” : Hak membalas dendam (“mata dibalas mata”). Multatuli pernah menulis semacam puisi tentang ini pada catatan dalam edisi 1875.


7. “Gaafzuiger” : Para pengeksploitasi. Dalam buku Max Havelaar, secara harfiah gaafzuiger berarti bakat atau para benalu bakat.


8. “Adipati” : Merupakan gelar bupati (Sebelum zaman kemerdekaan).


9. “Hollander” : Pada saat itu, bagi masyarakat pribumi, setiap orang berkulit putih adalah orang Hollanda, Belanda, Wolanda. Namun, terkadang mereka membuat pengecualian terhadap aturan ini, dengan menyebut orang Inggris atau orang Prancis. Bahkan, tidak jarang bangsa Jerman disebut orang Hollanda Gunung (Orang Belanda dari pedalaman).


10. “Lucus a non lucendo” : Kata lucus memiliki arti hutan, sedangkan non lucendo berasal dari kata non lucere (tidak bersinar gelap), etimologi yang diragukan.


Daftar di atas merupakan beberapa istilah yang banyak muncul dalam buku Max Havelaar ini, yang merupakan terjemahan dari edisi 1875.(Zaldi)





Editor : Intan


3 views0 comments

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page